Selasa, 05 November 2019

Local Food 5

1. Sega (Nasi) Jamblang



Dalam bahasa Cirebon Nasi disebut Sega. Percis dan hampir sama dengan bahasa Jawa "Sego". Sega Jambalang merupakan satu dari sekian makanan khas orang Jamblang. Dan karena Jamblang ini salah satu desa yang terletak di Cirebon, maka untuk kemudian Sega Jamblang dimasukan dalam kekayaan kuliner Cirebon, maka tak heran jika Sega Jamblang sekarang dijadikan sebagai salah satu makanan Khas Cirebon.
Berdasarkan penjelasan di atas kemudian dapat dipahami bahwa pada dasarnya Sega Jamblang merupakan suatu jenis masakan dalam bentuk nasi yang berasal dari desa Jamblang. Menurut sumber oral yang didapat dari para sepuh desa Jambalang. Pada mulanya Sega Jamblang muncul bersamaan dengan kejadian kerja paksa pembuatan jalan raya Trans Jawa pada masa penjajah Belanda (Belanda Yang dimaksudkan Adalah Belanda di Bawah Jajahan Perancis).
 
Dalam sejarah, disebutkan pembangunan jalan raya sepanjang 1000 Km lebih itu Dirancang dan digulirkan oleh Gubernur Hindia Belanda ke 36 yang bernama Deandles, pembuatanya dilakukan dari tahun 1808-1811 Masehi, yang mana tujuan utamanya untuk mempercepat arus perjalanan antar Kota dalam pulau Jawa. Jalan Raya Trans Jawa yang dibangun Deandles melewati Cirebon. Oleh sebab itulah pada masa pembangunan jalan Trans Jawa (Anyer-Panarukan) tersebut melibatkan ribuan rakyat Cirebon.
 
Demi mencapai cita-citanya dalam pembangunan jalan tersebut Deandles mempergunakan segala cara dari yang semula para pekerja diupah dengan ala kadarnya kemudian diterapkan kerja paksa ketika anggaran telah habis.

Dicirebon sendiri, akibat kerja paksa tersebut mengakibatkan banyak para pekerja yang tewas, salah satu sebabnya adalah akibat kelaparan, karena meskipun para pekerja ini membawa bekal dari rumah berupa nasi akan tetapi sebagaimana lazimnya nasi akan basi setelah lebih dari 10 jam didiamkan dan tidak dimakan.

 Beruntungnya, ada sekelompok masyarakat yang mengakali masalah tersebut. Nasi yang tadinya cepat basi kini bisa lebih tahan lama. Jadi, nasi tetap bisa dimakan meskipun telah berhari-hari.
Cara yang digunakan masyarakat tersebut adalah dengan membungkus nasi dengan daun jati. Daun jati ini memiliki pori-pori besar, mampu mempertahankan nasi menjadi lebih tahan lama. Yang terpenting, nasi yang dibawa tetap pulen.
Masyarakat yang melakukan hal tersebut adalah masyarakat Cirebon. Tepatnya adalah masyarakat yang berasal dari Jamblang. Jamblang ini merupakan salah satu daerah yang berada di lingkup Cirebon.
Di dalam memanfaatkan nasi jamblang ini, masyarakat terdahulu melengkapinya dengan lauk pauk. Lauknya antara lain daging, tahu, ataupun sambal goreng. Ada juga yang melengkapinya dengan ikan asin dan lain sebagainya.
Intinya, asal usul Sega Jamblang berkaitan langsung dengan metode masyarakat masa lampau dalam mencegah kebasian nasi. Terutama masyakarat dari desa Jamblang Cirebon.
 
Source : https://www.historyofcirebon.id/2017/05/sejarah-kemunculan-sega-nasi-jamblang.html
http://www.apasih.web.id/sejarah-yang-menandai-kemunculan-sega-jamblang-593.html

2. Pempek (Empek-empek)



Pempek atau Empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan dan sagu. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa pempek adalah pusatnya adalah Palembang karena hampir di semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.

Penyajian pempek palembang ditemani oleh saus berwarna hitam kecoklat-coklatan yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, cabe rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Cuko adalah teman makan pempek yang setia, dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Ada juga cuko manis bagi yang tidak menyukai pedas.

Jenis pempek palembangyang terkenal adalah “pempek kapal selam” adalah telur ayam yang dibungkus dengan adonan pempek dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat (atau terkenal dengan nama “ada’an”), pempek kulit ikan, pempek pistel (isinya irisan pepaya muda rebus yang sudah dibumbui), pempek te lur kecil, dan pempek keriting.



Pempek bisa ditemukan dengan gampang di seantero Kota Palembang. Ada yang menjual di restoran, ada yang di gerobak, dan juga ada yang dipikul. Juga setiap kantin sekolah pasti ada yang menjual pempek. Tahun 1980-an, penjual pempek bisa memikul 1 keranjang pempek penuh sambil berkeliling Kota Palembang jalan kaki menjajakan makanannya!. Pempek sekarang ada dua jenis yaitu Parempek campuran antara Pare dan Pempek.

Menurut sejarahnya, pempek palembang telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan “apek”, yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina.

Berdasar cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi. Hasil tangkapan itu belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Si apek kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan “pek apek”, maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Walaupun begitu sangat mungkin pempek palembang merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.
Pada awalnya pempek palembang dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.

Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti Tenggiri, Kakap Merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah.


Source : http://historysander.blogspot.com/2013/01/sejarah-makanan-khas-palembang-pempek.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar