Jumat, 15 Maret 2019

FOOD TERMINOLOGY

FOOD TERMINOLOGY

1.     PALLUBASA 

  Pallubasa adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Seperti Coto Mangkasara (Coto Makassar), Pallubasa juga terbuat dari jeroan (isi dalam perut) sapi atau kerbau. Proses memasak pun hampir sama dengan Coto Makassar, yakni jeroan direbus dalam waktu lama. Setelah matang, jeroan ditambah dengan daging itu diiris-iris, kemudian ditaruh/dihidangkan dalam mangkuk. Dahulu pallubasa untuk bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan. Kini masyarakat menyukai bagian daging sapi yang terletak bagian belakang yang dikenal dengan sirloin. Beberapa penjual pallubasa juga memberi beberapa pilihan daging sapi atau jeroan untuk dihidangkan. Yang membedakan dengan Coto Makassar adalah bumbunya yang diracik khusus. Kemudian kalau Coto Makassar dimakan bersama ketupat, sementara Pallubasa dimakan bersama nasi putih.




2.     COTO MAKASSAR


  Coto makassar atau coto mangkasara adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dinikmati dengan ketupat dan "burasa" atau yang biasa dikenal sebagai buras, yakni sejenis ketupat yang dibungkus daun pisang. Seperti yang telah saya jelaskan di food terminoogi minggu lalu.
  Coto makassar diperkirakan telah ada semenjak masa Kerajaan Gowa di abad ke-16. Dahulu hidangan coto bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan.
  Saat ini coto mangkasara sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan hingga restoran. Masyarakat umum juga menyukai bagian daging sapi atau kerbau yang terletak di bagian punggung (sirloin) itu. Sementara beberapa penjual memberi pilihan daging sapi atau jeroan, atau campuran keduanya, untuk dihidangkan. Sejak bulan November 2008 coto makassar telah dipilih sebagai salah satu menu yang dihidangkan pada penerbangan domestik Garuda Indonesia dari dan ke Makassar.


            3.    SUP KONRO



   Sup Konro adalah masakan sup iga sapi khas Indonesia yang berasal dari tradisi Bugis dan Makassar. Sup ini biasanya dibuat dengan bahan iga sapi atau daging sapi. Masakan berkuah warna coklat kehitaman ini biasa dimakan dengan ketupat kecil yang dipotong-potong terlebih dahulu. Warna gelap ini berasal dari buah kluwek yang memang berwarna hitam. Bumbunya relatif "kuat" akibat digunakannya ketumbar. Konro aslinya dimasak berkuah dalam bentuk sup yang kaya rempah, akan tetapi kini terdapat variasi kering yang disebut "Konro bakar" yaitu iga sapi bakar dengan bumbu khas konro.
  Dimana ada ritual, warga memotong kerbau yang kemudian mengambil bagian tulangnya lalu dimasak dengan bumbu yang sederhana atau biasa disebut dengan pallu konro atau pallu buku (buku = tulang). Proses pembuatan kuah konro yang khas terletak pada kacang merah (campe’) yang dimasak hingga lunak lalu dihaluskan kemudian dicampurkan ke dalam kuah. Bahan inilah yang membuat kuah pallu konro menjadi agak kental dan khas, Selain campe’, penambahan ketumbar memperkuat rasa dan keluak yang bertujuan memberikan warna pada kuah pallu konro yang diadopsi dari bumbu masakan pallu kaloa’, Bedanya, pada pallu kaloa’ tidak menggunakan kayu manis, cengkeh, dan adas.
   Proses memasak konro dilakukan dengan cermat. Pertama air di didihkan, lalu tulang konro dimasukkan hingga mendidih kembali kemudian air ini dibuang seluruhnya. Sementara itu, di panci yang lain telah dididihkan pula air dan inilah yang akan digunakan untuk seterusnya memasak tulang konro bersama dengan bumbu-bumbunya. "Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan tulang dari sisa-sisa kotoran pada saat pemotongan, menghilangkan lemak, dan menghilangkan bau amis," ujarnya. Daging sapi populer di Makassar awal tahun 90-an. Dulunya, masyarakat Makassar lebih mengenal daging kerbau dalam membuat makanan berkuah yang berbahan dasar daging seperti coto dan pallubasa.


            4.   SOP SAUDARA



  Sop saudara merupakan masakan khas dari Sulawesi Selatan berupa hidangan berkuah dengan bahan dasar daging sapi yang biasanya disajikan bersama bahan pelengkap seperti bihun, perkedel kentang, jeroan sapi (misalnya, paru goreng), dan telur rebus. Masakan ini umum dikonsumsi bersama dengan nasi putih dan ikan bolu (bandeng) bakar.
   Konon, sop saudara berawal dari H. Dollahi yang merupakan seorang pelayan dari H. Subair, seorang penjual sop daging yang cukup terkenal di Makassar pada era tahun 1950-an. Keduanya adalah warga kampung Sanrangan Pangkep yang mengadu peruntungan untuk meneruskan hidup dengan membuka warung makan. Setelah selama 3 tahun berkongsi, H. Dollahi pun memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri pada tahun 1957 dengan membawa nama Sop Saudara yang membuka lapak di kawasan Karebosi, Makassar. Racikan H. Dollahi ini ternyata mampu menarik minat pecinta kuliner baik bagi warga asli maupun pendatang. Nama Sop Saudara yang unik ini dipilih karena terinspirasi dari nama "coto paraikatte" (biasa dijadikan nama warung yang menjual Coto Makassar). Dalam bahasa Makassar "paraikatte" berarti "saudara" atau "sesama". Dengan nama tersebut, H. Dollahi berharap semua orang yang makan di warung ini akan merasa bersaudara dengan pemilik, pelayan dan sesama penikmat Sop Saudara.


        5.     PALLU KALOA


   Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, pallu kaloa berarti memasak dengan menggunakan rempah kaloa, yang merupakan rempah khas Sulawesi Selatan. Kaloa tergolong rempah biji dengan kulit keras berukuran kecil seperti bawang. Bagian yang digunakan untuk meracik sup ikan ini adalah bijinya yang berwarna hitam, tanpa dihancurkan sama sekali, untuk menciptakan cita rasa asam yang khas.
   Kuah sup ini terlihat berwarna kehitaman dan tidak kental. Berhubung tampilan kuahnya mirip menu rawon asal Jawa Timur, tak ayal sebagian warga pendatang di Makassar menyebut pallu kaloa sebagai rawon ikan. Pallu kaloa menjadi salah satu masakan yang paling diburu wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Masyarakat dari kalangan biasa hingga pejabat kerap menjadikan makanan ini sajian utama ketika menjamu tamu. Warung pallu kaloa di Jalan Tentara Pelajar ini sudah hadir sejak era tahun 1970-an.
   peracik pertama Pallu Kaloa bernama H. Wasid asal Kabupaten Pangkep. Dulu ia berjualan pallu kaloa menggunakan gerobak di Jalan Lombok. Menu ini rupanya berhasil menarik perhatian banyak penikmat makanan sehingga pada tahun 2005, H. Wasid memutuskan untuk mengembangkan usahanya dengan membuka warung makan di Pasar Sentral. Lantaran Pasar Sentral sempat mengalami dua kali kebakaran, H. Wasid lantas mengajak anaknya untuk membuka warung di Jalan Tentara Pelajar pada tahun 2008. Warung yang awalnya hanya berukuran 4X6 meter kini telah berkembang menjadi 8X6 meter. Tidak hanya itu, warung pallu kaloa milik H. Wasid kini juga sudah memiliki dua cabang salah satunya dikelola oleh sang cucu. Pallu kaloa yang diracik H. Wasid bersama tujuh anaknya memiliki ciri khas tersendiri. Kalau di rumah makan lain kuah sup dibumbuhi kelapa, di tempat ini sebaliknya, tidak menggunakan kelapa sama sekali. Kuah sup hanya mengandalkan cita rasa asam dari rempah kaloa yang dicampur asam Jawa dan gula merah.
   Resep yang  digunakan sudah turun-temurun diwariskan dari kakek makanya tidak akan sama dengan tempat lain. Apalagi ikan yang dipakai benar-benar dipilih dan tidak asal seperti kerapu, lamuru, katamba, kaneke, dan tuna yang hanya dipakai kepalanya. Sementara yang ingin mencicipi dagingnya, dipilihkan ikan tuna dan lamuru. Adapun untuk kuahnya menggunakan bumbu rempah yang terdiri atas lengkuas, sereh, bawang putih, bawang merah, kayu manis, pala, ketumbar, merica, dan kaloa.


        6.     KAPURUNG


  Kapurung adalah salah satu makanan khas tradisional di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur) Makanan ini terbuat dari sari atau tepung sagu. Di daerah Maluku dikenal dengan nama Papeda. Kapurung dimasak dengan campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran. Meski makanan tradisional, Kapurung mulai populer. Selain ditemukan di warung-warung khusus di Makassar juga telah masuk ke beberapa restoran, bersanding dengan makanan modern.Di daerah Luwu sendiri nama Kapurung' ini sering juga di sebut Pugalu atau Bugalu.
  
  7.     SONGKOLO
vv



   Songkolo (bahasa Makassar) atau Sokko’ (bahasa Bugis) adalah makanan yang terbuat dari beras ketan putih yang dikukus sampai matang, terkadang juga memakai beras ketan hitam. Songkolo bagadang dihidangkan di atas piring serta diberi taburan kelapa parut yang telah di goreng. Lauk pendamping yang khas dari makanan Songkolo ini yaitu ikan asin kering serta telur itik asin. Bila pelanggan bermaksud untuk mengkonsumsi songkolo bagadang di rumah, maka biasanya setiap porsi songkolo bagadang dibungkus dengan memakai daun pisang yang diikat dengan karet.


                8.     JALANGKOTE


   Di Makassar, jalangkote kerap disajikan sebagai menu buka puasa. Jalangkote merupakan semacam penganan khas Sulawesi yang memiliki bentuk mirip pastel. Perbedaannya, kulit jalangkote lebih tipis serta isi di dalamnya umumnya berisi potongan wortel serta kentang berbentuk dadu, tauge (kecambah), serta soun, yang ditumis bersama bawang putih, bawang merah, garam serta merica. Saus tomat umumnya akan dihidangkan bersama jalangkote agar rasanya makin nikmat.


         9.     BURONCONG


   Buroncong adalah salah satu kue tradisional khas Bugis Makassar yang hingga saat ini masih diminati. Salah satu penjual Buroncong yang terkenal berlokasi di kawasan Tamalanrea, tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan Km.12, di depan perumahan Nusa Tamalanrea Indah (NTI). Bapak penjual Buroncong ini hanya berjualan mulai pukul 5 sore hingga pukul 10 malam hari saja. Kue Buroncong biasa juga disebut beroncong, garoncong, geroncong, atau kue ganco kalo di daerah lain mirip-mirip kue pancong atau kue pukis. Jajanan ini terbuat dari campuran tepung terigu, santan dan parutan kelapa muda, gula pasir, garam serta penambahan soda kue. Bentuknya seperti busur mirip kue pukis namun dengan ukuran lebih besar, panjangnya sekitar tujuh sentimeter dengan tebal berkisar dua sentimeter. Dan dibakar dengan cetakan khusus di atas tungku kayu.Penganan ini bercita rasa manis dengan sensasi renyah, yang berasal dari kelapa parut.
  Cara membuat Kue Buroncong, Semua bahan disatukan dalam satu adonan diaduk hingga rata dengan air. Adonannya biasanya agak encer. Setelah adonan siap, masukkan dalam cetakan Buroncong yang telah dipanaskan dengan bara api, jangan lupa olesi dulu cetakannya dengan minyak kelapa menggunakan kuas atau daun pisang agar adonannya tidak lengket.Belakangan ini Buroncong juga terkena sentuhan inovasi. Pedangang menawarkan berbagai rasa alternatif, dengan menambahkan susu atau keju sebagai pengganti gula pasir. Kue Buroncong sudah ada sejak puluhan atau bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu sudah dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Jika suatu saat Anda berkunjung ke Makassar, tak ada salahnya mencoba kudapan gurih khas Makassar ini sebagai sarapan untuk menambah energi menjelajahi kota Makassar ataupun cemilan teman bersantai di sore hari.


            10.. CUCURU BAYAO


  ”CUCURU BAYAO” Jika orang yang mengerti bahasa makassar mendengar nama kue yang satu ini pasti sudah mengetahui bahan dasar kue ini yakni dari bayao=telur. Cucuru bayao adalah kue khas Pangkep yang rasanya sangat manis dan dapat dengan mudah di dapatkan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan yang berlangsung di kabupaten Pangkep. Di setiap pernikahan kue ini tak pernah absen untuk hadir dalam menu yang di hidangkan dalam bosara apalagi saat ma’mata-mata (malam berpacing) pada pernikahan. Cucuru bayao ini terbuat dari telur, gula, dan kenari.
  Kue Cucuru bayao ini menggunakan banyak sekali telur sehingga menyebabkan kue ini berwarna golden (seperti emas) yang melambangkan kemuliaan, kemegahan serta keangungan yang bermakna baik sehingga dalam event yang bertujuan untuk kehidupan yang baik pastinya kue ini akan hadir dalam event tersebut.
  Kini cucuru bayao sudah sangat mudah di temukan apalagi di daerah pangkep sampai makasssar, karna kue ini hanya di hidangkan pada pesta pernikahan atau acara tertentu jadi bila ingin mencicipi cucuru bayao datang saja di kabupaten pangkajene dan kepulauan.Bentuk cucuru bayao itu, bulat agak pipih, dan berwarna kuning tua. cucuru bayao sangat lah manis jadi, bagi para penderita diabetes harus berhati – hati memakan si cucuru bayao ini. Kalo mau membuat cucuru bayao, sang pembuat harus mematuhi peraturan tertentu, antara lain ; pembuat harus bersih, memakai pakaian yang bagus, dan juga tidak boleh marah (membuat cucuru bayao membutuhkan kesabaran yang tinggi).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar